Pembakaran batu
bara akan menghasilkan uap dan gas buang yang panas. Gas buang itu berfungsi
juga untuk memanaskan pipa boiler yang berada di atas lapisan mengambang. Gas
buang selanjutnya dialiri ke pembersih yang di dalamnya terdapat alat pengendap
abu setelah gas itu bersih lalu dibuang ke udara melalui cerobong. Sedangkan
uap dialiri ke turbin yang akan menyebabkan turbin bergerak, tapi karena poros
turbin digandeng/dikopel dengan poros generator akibatnya
gerakan turbin itu
akan menyebabkan pula gerakan generator sehingga dihasilkan energi
listrik. Uap itu kemudian dialiri ke
kondensor sehingga berubah menjadi air dan dengan bantuan pompa air itu dialiri
ke boiler sebagai air pengisi.
Generator biasanya
berukuran besar dengan jumlah lebih dari satu unit dan dioperasikan secara
berlainan. Sedangkan generator ukuran menengah didisain berdasarkan asumsi
bahwa selama masa manfaatnya akan terjadi 10.000 kali star-stop. Berarti selama
setahun dilakukan 250 x star-stop maka umur pembangkit bisa mencapai 40 tahun.
Bila daya generator meningkat maka kecepatannya meningkat pula dan bila
kecepatan kritikan dilalui maka perlu dilakukan pengendalian poros generator
supaya tidak terjadi getaran. Untuk itu konstruksi rotor dan stator serta mutu
instalasi perlu ditingkatkan. Boilernya menggunakan sirkulasi alam dan
menghasilkan uap dengan tekanan 196,9 kg/cm2 dan suhu 554¼C. PLTU ini
dilengkapi dengan presipitator elektro static yaitu suatu alat untuk
mengendalikan partikel yang akan keluar cerobong dan alat pengolahan abu batu
bara. Sedang uap yang sudah dipakai kemudian didinginkan dalam kondensor
sehingga dihasilkan air yang dialirkan ke dalam boiler. Pada waktu PLTU
batubara beroperasi suhu pada kondensor naiknya begitu cepat, sehingga
mengakibatkan kondensor menjadi panas. Sedang untuk mendinginkan kondensor bisa
digunakan air, tapi harus dalam jumlah besar, hal inilah yang menyebabkan PLTU
dibangun dekat dengan sumber air yang banyak seperti di tepi sungai atau tepi
pantai.
Gbr.1
Diagram proses pembangkitan listrik pada sistem pembangkit listrik tenaga uap
Kinerja
pembangkitan listrik pada PLTU sangat ditentukan oleh efisiensi panas pada
proses pembakaran batubara tersebut, karena selain berpengaruh pada efisiensi
pembangkitan, juga dapat menurunkan biaya pembangkitan. Kemudian dari segi
lingkungan, diketahui bahwa jumlah emisi CO2 per satuan kalori dari batubara
adalah yang terbanyak bila dibandingkan dengan bahan bakar fosil lainnya,
dengan perbandingan untuk batubara, minyak, dan gas adalah 5:4:3. Sehingga
berdasarkan uji coba yang mendapatkan hasil bahwa kenaikan efisiensi panas
sebesar 1% akan dapat menurunkan emisi CO2 sebesar 2,5%, maka efisiensi panas
yang meningkat akan dapat mengurangi beban lingkungan secara signifikan akibat
pembakaran batubara. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa teknologi
pembakaran (combustion technology) merupakan tema utama pada upaya peningkatan
efisiensi pemanfaatan batubara secara langsung sekaligus upaya antisipasi isu
lingkungan ke depannya.
mohon informasi tentang pembakaran batu bara diposting juga,
ReplyDeletemksh